Bertempat di Grand. Sunshine Soreang Kabupaten Bandung, DP2KBP3A Kabupaten Bandung menyelenggarakan Rapat Koordinasi Tim Percepatan Penurunan Stunting.
Rapat Koordinasi Tim Percepatan Penurunan Stunting ini bertujuan mewujudkan komitmen bersama dalam penyelenggaraan intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif secara konvergen dalam rangka percepatan penurunan stunting. Kegiatan ini merupakan upaya percepatan penurunan angka stunting di Kabupaten Bandung dengan melibatkan berbagai pihak yang terkait.
Rapat ini menghadirkan narasumber dari Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Badan Perencanaan Pembangunan, Riset dan Inovasi Daerah, serta Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung. Peserta berasal dari berbagai unsur tim percepatan penurunan stunting tingkat kabupaten dan kecamatan yang berperan penting dalam menggerakkan percepatan penurunan stunting di Kabupaten Bandung.
Pjs. Bupati Bandung dalam sambutannya menekankan pentingnya pendataan yang akurat serta peningkatan kualitas sumber daya manusia. “Jangan lupa pastikan semua sasaran terdata dan terdokumentasikan dengan baik, tingkatkan kualitas SDM tim pendamping keluarga, kader pembangunan desa, tenaga kesehatan, dan tenaga kemitraan lainnya,” ujar Pjs. Bupati.
Pemkab Bandung telah melakukan berbagai upaya dan strategi, salah satunya dengan terbentuknya Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) secara berjenjang mulai dari tingkat kabupaten sampai dengan tingkat desa dan kelurahan.
Dalam hal ini, pemerintah telah menetapkan percepatan penurunan stunting sebagai salah satu program prioritas nasional. Berdasarkan rpjmn tahun 2020-2024, target prevalensi stunting tahun 2022 adalah sebesar 18,4% di 460 kabupaten/kota prioritas. Sementara pada tahun 2023 sebesar 16% di 514 kabupaten/kota prioritas dan tahun 2024 sebesar 14% di 514 kabupaten/kota prioritas, salah satunya kabupaten bandung. Maka untuk mencapai prevalensi stunting 14% pada tahun 2024, dibutuhkan penurunan sekitar 3,4% setiap tahunnya berdasarkan tren prevalensi stunting di indonesia.
Ke depan, pemerintah terus berupaya untuk menggalakan penurunan prevalensi stunting secara kolaboratif. Hal ini penting karena penanganan stunting merupakan kunci dari pembangunan manusia yang akan berujung pada terwujudnya SDM unggul untuk Indonesia Emas di tahun 2045.
“Saya harap para peserta dapat mengikuti rapat koordinasi ini dengan sungguh-sungguh, sehingga pada akhirnya akan terbangun sinergi dan kolaborasi yang kuat, khususnya dalam mengoptimalkan kinerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing,” ungkapnya.
Andri